import Image from "next/image"
Lulus Coding Camp 2025 by DBS Foundation: Perjalanan 833 Jam Belajar, OSIS, dan Tidur di Tengah Zoom
Awal tahun 2025 jadi momen yang nggak akan saya lupakan.
Saya resmi ikut Coding Camp 2025 powered by DBS Foundation, program nasional hasil kolaborasi DBS Foundation dan Dicoding Academy.
Tujuannya luar biasa — mencetak talenta digital muda di Indonesia lewat pelatihan intensif Front-End, Back-End, dan Machine Learning.
Dari 63.000 pendaftar, hanya 600 siswa SMK yang diterima, dan saya salah satunya.
Saya daftar lewat surat rekomendasi sekolah, dan pas tahu lolos, rasanya campur aduk — senang, gugup, tapi juga takut nggak kuat ngejar materinya.
833 Jam yang Mengubah Cara Pandang Saya
Program ini nggak main-main.
Total durasinya 833 jam belajar intensif untuk peserta SMK, dengan sistem 100% online.
Tiap minggu ada 2–3 kali sesi Zoom, belum termasuk tugas, kuis, proyek individu, dan capstone project.
Awalnya saya pikir bakal gampang — tinggal ngerjain tugas, submit, udah.
Ternyata… nggak semudah itu, Ferguso 😭
Setiap minggu rasanya seperti sprint baru: harus jaga ritme, fokus, dan jangan sampai ketinggalan.
Antara Sekolah, OSIS, dan Coding Camp
Waktu itu saya masih kelas 10, dan jujur jadwal saya kacau banget.
Bayangin aja — jam 3 sore masih pulsek (pelajaran tambahan), lanjut rapat OSIS bahas event sampai maghrib, baru bisa pulang, makan, dan langsung Zoom Coding Camp malamnya.
Saking capeknya, saya pernah ketiduran di tengah-tengah Zoom wkwkwk.
Kebangun pas mentor lagi jelasin konsep API, layar masih nyala, kamera off, tapi mic lupa dimatiin 😭
Untung nggak ngorok.
Tapi dari situ saya belajar satu hal penting:
nggak semua perjuangan harus sempurna — yang penting tetap jalan dan selesai.
Fokus di Jalur Front-End & Back-End Developer
Saya ambil jalur FEBE (Front-End dan Back-End Developer) karena dari dulu suka banget bikin website.
Materinya dimulai dari HTML, CSS, JavaScript, lanjut ke Git, API, database, dan deployment web.
Yang bikin beda dari kelas online biasa adalah pembawa materinya —
mentor-mentor profesional langsung dari industri teknologi.
Mereka nggak cuma ngajar teori, tapi juga cerita real-life mereka di dunia kerja:
tentang project gagal, teamwork, debugging, sampai gimana survive di perusahaan besar.
Suasana Kelas dan Dinamika Belajar
Satu mentor membimbing sekitar 30 peserta.
Kami belajar bareng, saling bantu di forum, dan bahkan ada sesi refleksi tiap minggu.
Capek sih, tapi seru banget.
Kadang kalau udah stuck ngoding, rasanya pengen lempar laptop ke tembok, tapi pas lihat teman lain juga berjuang, jadi semangat lagi.
Dan tiap kali Zoom selesai, meski otak udah panas, hati saya selalu lega.
Karena sadar, tiap baris kode yang saya tulis pelan-pelan bawa saya selangkah lebih dekat ke masa depan yang saya mau.
Capstone Project: Momen Paling Menegangkan
Capstone adalah bagian paling menguji mental.
Saya tergabung di tim CC25-SF040, dan kami harus bikin proyek web nyata sebagai ujian akhir.
Kami kerja dari pagi sampai malam, debugging tanpa henti, bahkan sempat hampir gagal deploy.
Tapi akhirnya… proyek kami berhasil jalan.
Meskipun nilainya cuma C (71.2), tapi rasa puasnya nggak bisa digantikan.
Pas hasilnya keluar, saya cuma bisa senyum kecil sambil mikir:
“Yaudah, capeknya kebayar.”
Transkrip Akhir dan Hasil Belajar
Tanggal 2 Mei 2025, hasil akhir keluar.
Saya dinyatakan Full Graduate dengan rata-rata nilai 79.10 (Grade B).
Beberapa mata pelajaran favorit saya bahkan dapet nilai tinggi banget, terutama bagian Soft Skills & Career Development dengan nilai A (86.9).
Lihat nama saya di atas lembar transkrip itu bikin haru banget.
Saya jadi keinget semua malam panjang, waktu sempit, dan rasa kantuk yang akhirnya berbuah hasil.
Lebih dari Sekadar Belajar Coding
Coding Camp ini bukan cuma soal ngoding.
Buat saya, ini pelajaran hidup tentang disiplin, tanggung jawab, dan konsistensi.
Tentang gimana caranya tetap jalan bahkan saat capek dan hampir nyerah.
Tentang menghargai waktu, dan membuktikan ke diri sendiri bahwa saya bisa.
Saya belajar bahwa dunia teknologi itu luas banget — selalu ada hal baru buat dipelajari, dan nggak ada kata “selesai” dalam belajar.
Refleksi Akhir
Sekarang setelah lulus, saya nggak cuma bawa sertifikat.
Saya bawa cerita, pengalaman, dan semangat baru buat terus berkembang di dunia software engineering.
Saya tahu perjalanan saya masih panjang, tapi setidaknya saya udah punya bekal yang nyata.
“Coding Camp bukan sekadar program belajar — tapi perjalanan yang ngajarin saya arti perjuangan, komitmen, dan keyakinan kalau masa depan bisa dibangun lewat usaha kecil setiap hari.”